Selasa, 22 Juni 2010

Thuq al-Hamamah

Cinta, Cinta, Cinta. Dalam Cinta, mula-mula engkau bermain-main dan akhirnya sungguh-sungguh. Kedalaman makna cinta sangatlah indah dan agung. Kata-kata semata tak kuasa menggambarkan segenap keindahan dan keagungannya. Hakikatnya tidak dapat kecuali dengan pengamatan dan penjiwaan yang mendalam. Cinta tidak dimusuhi agama dan tidak dibenci syariat.

Mereka yang tak mengenal cinta mencelamu
Sungguh cintamu padanya adalah kewajaran
Mereka bilang, cinta telah membuatmu hina
Padahal ia orang yang paling paham agama

Kukatakan pada mereka, mengapa mencelanya
Karena ia mencintai dan dicintai sang kekasih

Jangan berlagak suci; menyebut cinta sebagai dusta
Bahkan Muhammad pun tak akan mencela pecinta
Dan tak pernah menghina orang yang jatuh cinta

Cinta tidak pernah lelah memberikan ilham dan pencerahan; Cinta pun tak kunjung bosan memberikan masalah dan persoalan kepada umat manusia. Jalan cinta selalu menyediakan aneka pengalaman dan pemandangan, yang indah dan mendamaikan maupun yang pedih dan menyengsarakan. Keindahan dan keagungan cinta selalu menjadi sumber inspirasi bagi penciptaan karya-karya sastra yang indah dan monumen-monumen agung. Cinta memang sangat menarik untuk dibahas. Walaupun temanya sama yaitu Cinta tetapi cara orang untuk mengungkapkan tema tersebut sangat bervariasi. Setelah sebelumnya kita membahas kitab yang dikarang oleh Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah yang berjudul Raudhah al-Muhibbin wa Nuzhah al-Musytaqin, ada lagi kitab yang juga berbicara tentang cinta yang tak kalah menariknya yaitu kitab yang berjudul Thuq al-Hamamah yang ditulis oleh Ibnu Hazm Al-Andalusi. Secara sepintas, kedua kitab tersebut sama dalam pembahasan yaitu sama-sama membahas tentang cinta. Bahkan isinya pun juga mirip seperti pembahasan tentang hakikat cinta, tanda-tanda cinta, dan lain sebagainya. Namun, kalau diperhatikan lebih dalam, ada perbedaan yang mencolok diantara kedua kitab tersebut.

Kitab Raudhah al-Muhibbin yang ditulis oleh Ibnul Qayyim membahas cinta antara 2 jenis anak manusia tetapi dikombinasikan dengan sempurna oleh penulis antara cinta tersebut dengan cinta kepada Allah dan Rasul-Nya. Hal ini sangat jelas tergambar jika kita membaca kitab tersebut dengan penuh perhatian. Dan juga cerita-cerita yang dibawakan banyak berkisar tentang kisah Rasulullah, para sahabat, dan para Tabi'in. Dan juga di dalam kitab ini banyak sekali ayat-ayat Al-Quran, Hadits nabi, dan perkataan para sahabat dan para ulama yang menghiasi bab demi bab. Walaupun demikian, buku ini tetap sangat menarik untuk dibaca oleh para pembaca sampai selesai bahkan berulang-ulang walaupun dihiasi oleh hal-hal yang berbau agama. Karena terkadang banyak orang memisahkan antara dimensi agama dengan dimensi cinta sehingga orang tersebut agak atau bahkan malah tidak menyukai jika cinta dicampuradukkan oleh agama. Tetapi atas izin Allah, Ibnu Qayyim mampu memadukan kedua hal tersebut sehingga para pembaca mengetahui tentang cinta dan secara langsung atau tidak langsung pembaca juga diajak untuk mengetahui tentang hukum syariat tanpa harus digurui. Dan yang lebih menakjubkan lagi, penulis menulis kitab ini pada saat beliau dalam keadaan safar atau dalam perjalanan dimana beliau tidak membawa buku-bukunya dan hanya mengandalkan apa yang ada di dalam benaknya. Mungkin kita akan bertanya, bagaimana jika beliau menulis kitab ini dalam keadaan mukim (menetap) dimana beliau dapat melihat buku-bukunya. Tentu karya yang dihasilkan akan lebih bagus dari ini. Dari sini, tergambar jelas bahwa Ibnul Qayyim memiliki hafalan yang sangat bagus dan analisis yang menakjubkan.

Sedangkan kitab Thuq al-Hamamah yang dikarang oleh Ibnu Hazm lebih banyak memuat tentang cinta antara 2 jenis manusia. Di dalam kitab ini pun penulis tidak banyak membawakan ayat-ayat al-Quran dan Hadist Rasulullah. Penulis juga lebih banyak membawakan kisah-kisah dari Negeri dimana penulis hidup yaitu Andalusia yang sekarang dikenal dengan nama Spanyol. Kisah-kisah tersebut bisa berasal dari orang lain atau pun kisah dari pengalaman pribadi penulis. Penulis juga banyak membuat syair-syair yang indah yang berkenaan dengan suatu kisah. Kitab yang ditulis oleh Ibnu Hazm al-Andalusi ini pada hakekatnya merupakan permintaan seseorang kepada Ibnu Hazm agar dia menyusun sebuah catatan tentang sifat-sifat cinta, makna, sebab-sebab, hakikat dan tujuannya serta segala sesuatu yang mungkin terjadi karenanya dan apa pun yang terkait dengannya dengan apa adanya, tak kurang tak lebih. Dan memang banyak kitab yang dikarang oleh para ulama pada awalnya merupakan sebuah permintaan yang diminta oleh seseorang di dalam suatu perkara. Misalnya saja kitab Aqidah Wasithiyyah karangan Ibnu Taimiyah Rahimahullah yang awalnya merupakan permintaan seorang qadhi dari sebuah wilayah yang bernama Wasith yang meminta beliau untuk menulis sebuah risalah tentang aqidah islam yang ringkas. Dan perlu diketahui bahwa Ibnu Hazm hidup lebih dahulu dibandingkan dengan IBnul Qayyim. Beliau hidup dari tahun 384 H/994 M dan meninggal pada tahun 456 H/1064 M sedangkan Ibnul Qayyim lahir 2 abad kemudian.

Kitab yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi Untaian Kalung Merpati; Seni mencinta dan kisah kasih sepanjang masa ini terbagi atas 30 risalah yang dapat dikelompokkan menjadi 4 bagian. Bagian pertama menjelaskan tentang dasar-dasar cinta yang berisi atas 10 risalah. Pada bagian ini para pembaca bisa mengetahui tentang hakikat cinta, tanda-tandanya serta kenapa seseorang bisa jatuh cinta dan bagaimana dia mengungkapkannya. Pada bab pertama ini, Ibnu Hazm mendefinisikan bahwa cinta adalah jembatan penghubung antara jiwa-jiwa manusia yang berbeda-beda kecendrungannya. Sedangkan jiwa itu sendiri pada dasarnya merupakan unsur paling luhur dalam diri manusia. Dan cinta itu timbul karena adanya kesamaan antara 2 orang baik kesamaan sifat, tingkah laku dan sebagainya karena seseorang akan merasa tenang bersama orang yang mempunyai kesamaan dengannya. Sebagaimana dalam kitab Raudhah, kitab ini juga membahas tentang tanda-tanda orang yang sedang jatuh cinta karena cinta mempunyai tanda-tanda. Orang-orang yang pandai dapat mengetahui tanda-tanda itu dan orang yang cerdas dapat menangkapnya. Tanda atau ciri yang pertama adalah pandangan mata. Mata merupakan jendela jiwa. Melalui pandangan mata, seseorang dapat mengungkap rahasia-rahasia jiwa, menyingkap pesan-pesannya, dan menuturkan kedalaman jiwanya. Pandangan seorang pecinta tidak akan berpaling sekejap pun dari orang yang dicintainya.

Tanda cinta berikutnya bisa dilihat dari pembicaraan. Seorang pecinta akan melayani pembicaraan orang yang dicintainya. Tanda lainnya bisa didapatkan dalam gerak tubuh. Gerak tubuh seorang pecinta akan bergegas menuju tempat sang kekasih berada. Tanda lainnya adalah kegamangan sekaligus keceriaan yang tampak wajah sang pecinta saat melihat sang kekasih secara tiba-tiba atau muncul secara tak terduga. Tanda lainnya yang tak kalah pentingnya adalah seorang pecinta melakukan apa saja yang diminta oleh kekasihnya walaupun sebelumnya ia tidak pernah melakukan hal itu dan tidak pernah melakukannya. Hal ini seperti sebuah syair:

Kunikmati semua pembicaraan tentang dirinya
Tercium laksana wangi kesturi yang mempesona
Ketika ia berbicara tentang sesuatu, apa pun itu
Aku bilang, tak pernah kudengar selain darimu.

Meski seandainya aku sedang bersama sang khalifah
Sungguh ia takkan mampu pisahkan aku dari kekasihku
Jika terpaksa aku harus beranjak pergi darinya, maka aku
Selalu menoleh ke arahnya, dan berjalan tanpa arah pasti
Pandangan masih padanya ketika tubuh menjauh darinya
Bak orang yang berjuang melawan arus menenggelamkan

Jika kau tantang aku: Mungkinkah kau tembus angkasa
Ya! jawabku, dan aku tahu tangga untuk menuju kesana

Bagian kedua bercerita tentang berbagai fenomena yang terjadi seputar cinta berikut sifat-sifatnya, yang baik maupun yang buruk. Di dalam bagian ini ada 12 risalah seperti dukungan teman, perjumpaan dengan sang kekasih dan lain sebagainya. Pada bagian ini, penulis menjelaskan bahwa seorang pecinta akan sangat berbahagia jika dia bertemu dengan kekasihnya dan sangat menantikan saat-saat perjumpaan itu. Seorang pecinta juga sangat merindukan agar kekasihnya selalu dekat bersamanya.

Ingin rasanya kukoyak hati ini dengan sebilah belati
Lalu ku masukkan engkau kedalamnya dan kudekap erat
Agar kau tak pernah berpaling ke lain hati
Sampai kiamat dan hari kebangkitan nanti

Kau tinggal didalamnya selama aku hidup dan jika aku mati
Kuingin kau tetap di dalamnya menemaniku dikegelapan abadi

Pada bagian ini juga penulis menulis tentang arti sebuah kesetiaan. Kesetiaan merupakan sifat mulia dan sifat utama yang mesti dimiliki oleh setiap pencinta. Semua hubungan akan menjadi jalinan utuh yang menyenangkan dan membawa kedamaian jika kedua belah pihak saling setia. Kesetiaan merupakan bukti paling kuat dan tanda paling nyata akan kesungguhan hati. Kesetiaan setiap orang berbeda-beda tingkatannya sesuai dengan perbedaan potensi dan sifat dasar masing-masing.

Keutamaan setiap manusia dinilai dari kesetiaan
Jangan kau cari bukti yang lain selain kesetiaan

Bagian ketiga menjelaskan tentang hal-hal yang dapat merusak hubungan cinta yaitu gunjingan orang, mata-mata, orang ketiga, perpisahan, dan lain sebagainya. Pada bagian ini penulis menjelaskan tentang sebab-sebab yang merusak cinta dan diharapkan dengan membaca bagian ini kita dapat menghindari hal-hal yang dapat merusak cinta itu sendiri. Cinta mempunyai efek yang sangat negatif jika seorang pecinta tidak dapat berjumpa atau bahkan ditinggalkan oleh kekasihnya. Pecinta tersebut akan merasakan kesedihan yang mendalam sehingga sangat mungkin akibat kesedihan itu ia akan jatuh sakit, merana, dan kehilangan semangat. Kejadian serupa ini sering terjadi dan selalu terjadi di dalam dunia percintaan. Sakit yang ditimbulkan oleh cinta berbeda dengan sakit yang ditimbulkan penyakit. Seorang dokter yang cerdik dan ahli jiwa yang cermat dapat membedakan antara keduanya.

Tanpa ilmu dokter kau blang kepadaku
Berobatlah sebab kau sedang menderita
Tak ada yang tahu sakitku selain diriku
Dan Tuahn, Pemilik sejati yang mulia

Haruskah Kusembunyikan Rasa Sakit ini
Atau kubiarkan si bodoh itu memeriksa
Wajahku pancarkan kesedihan yang nyata
Tubuhku menjadi kurus karena hati merana

Dan memang benarlah perkataan seorang teman Ibn Hazm ketika dia dan Ibn Hazm berdiskusi tentang cinta. Dalam diskusi tersebut, Ibn Hazm bertanya kepadanya,"Bagaimana jika orang yang sedang dilanda cinta itu malah jatuh sakit lantaran cinta?" Lalu, teman beliau pun menjawab,"Penyakit apa yang lebih besar dari cinta?"

Dengan membaca buku ini, para pembaca tidak saja mengetahui tentang apa dan bagaimana itu cinta, tetapi juga pembaca bisa mengetahui tentang sejarah kejayaan Islam di Andalusia (Spanyol) sampai penyerangan ke Cordova oleh Bangsa Bar-bar yang terjadi pada awal Muharram 404 H atau 13 Juli 1013 M dan Pengusiran Muslim spanyol yang berakhir ada 1613 M. Hal ini disebabkan karena penulis sering mengungkapkan keindahan Negeri Andalusia yang indah di dalam kitab ini dan adanya penjelasan yang berupa catatan kaki dari editor kitab ini. Bahkan kita bisa mengetahui tentang kisah cinta para penguasa Andalusia karena penulis memang mempunyai kedudukan dan pengaruh yang besar di Andalusia sehingga mengetahui tentang lika liku kehidupan istana. Buku ini pun di edit dengan baik oleh al-Thahir Ahmad Makki seorang guru besar sastra dan wakil dekan Fakultas Darul Ulum Universitas Kairo. Beliau mengedit buku ini dengan baik dengan cara menambahkan catatan kaki tentang tokoh-tokoh yang ada di kitab ini sehingga para pembaca bisa mengetahui sejarah singkat tentang tokoh-tokoh yang tertera dalam kitab ini. Di samping itu, editor juga menjelaskan dengan singkat tentang "perjalanan" di awal kitab ini. "Perjalanan" kitab ini sangat panjang dimulai dari seorang Orientalis Belanda, Von Warner, yang menjadi duta besar di Istambul selama 22 tahun dari 1644 M sampai 1665 M yang mendapat naskah kitab ini, kemudian di terjemahkan oleh para orientalis ke dalam berbagai bahasa hingga di edit beberapa kali untuk mendapatkan hasil yang terbaik sesuai dengan naskah aslinya sampai hasil dari pengeditan yang terakhir yaitu kitab ini.

Namun, ketika membaca kitab ini terkadang kita dibingungkan oleh tulisan penulis yang bermakna ambigu. Seperti halnya penulis menulis bahwa penulis atau orang lain (laki-laki) pernah mencintai seorang pemuda. Hal ini mungkin agak membingungkan. Apa yang dimaksud dengan kata "mencintai"? Apakah kata "mencintai" itu menunjukkan makna umum seperti halnya orang tua mencintai anaknya ataukah bermakna khusus seperti halnya cinta antar 2 orang kekasih. Kalau bermakna umum, mengapa seolah-olah ditulis seperti bermakna khusus, bahkan disertai dengan syair-syair yang kalau dilihat syair tersebut lebih pantas untuk diberikan kepada cinta yang bermakna khusus. Begitu pula, karena banyaknya tokoh yang disebutkan dalam kitab ini, maka banyak catatan kaki yang ada sehingga terkadang sering membuat para pembaca kebingungan. Maka dari itulah editor berinisiatif untuk membuat sebuah kitab yang berjudul Dirasat 'an Ibn hazm wa Kitabuh Thuq al-Hamamah yang kalau diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia kira-kira menjadi Kajian tentang Ibn Hazm dan Buku Thuq al-Hamamah untuk membahas lebih dalam lagi tentang kitab ini. Kita harapkan penerbit kitab ini yaitu Serambi ataupun penerbit lain bersedia menerjemahkan kitab Dirasat tersebut sehingga para pembaca kitab Thuq al-hamamah lebih banyak mengambil faedah.

Dengan membaca kitab Thuq al-Hamamah dan kitab Raudhah, kita mungkin bisa berfikir bahwa para ulama Islam sangat menaruh perhatian terhadap masalah ini. Sebuah masalah dimana banyak seseorang salah arah di dalam hidup ini. Sebuah masalah dimana seseorang banyak terjerumus ke dalam pintu kemaksiatan. Yang dimaksud masalah disini adalah masalah Cinta. Belum lagi dengan buku-buku lain yang membahas tentang cinta yang belum diterjemahkan atau belum dibahas dalam situs ini yang ditulis oleh para ulama dan penulis Islam. Maka akan ada keyakinan yang kuat bahwa Islam merupakan agama yang penuh cinta dan kasih sayang. Hal ini dikarenakan Islam mengatur seluruh kehidupan manusia dari yang terkecil sampai yang terbesar termasuk yang menyangkut tentang Cinta. Bahkan di dalam Al-Quran sendiri pun Allah menegaskan bahwa dia adalah Ar-Rahman dan Ar-Rahiim yaitu Yang Maha Pengasih dan Yang Maha Penyayang. Rasulullah pun bersabda:

"Orang-orang yang pengasih itu dikasihi oleh Dzat Yang Maha Pengasih, sayangilah makhluk yang ada di atas bumi, niscaya kalian akan disayangi oleh Dzat yang berada di atas langit." (Bukhari)

Maka, adalah sangat menggelikan jika ada yang mengatakan bahwa Islam adalah agama teroris atau agama pembuat onar atau yang semisalnya. Dan memang orang-orang seperti itu sama seperti perkataan:

Apa artinya sinar Matahari
Jika mata yang melihatnya adalah buta

Dan mereka bukanlah buta matanya, tetapi yang buta adalah mata hatinya.
Data Buku
Judul asli: Thuq al-Hamamah

Judul: Untaian Kalung Merpati; Seni mencinta dan kisah kasih sepanjang masa

Pengarang: Ibn Hazm al-Andalusi

Halaman: 346 Halaman

Tidak ada komentar:

Posting Komentar