Selasa, 09 Maret 2010

Apakah keengganan itu sebuah kesalahan ?

Empat tahun sudah aku resmi menjadi jamaah di masjid kampung ini. Menurutku sebagaimana umumnya masjid saat ini kebanyakan jamaah yang datang adalah dari generasi di atas usia lima puluh tahun. Selain kegiatan rutin sholat lima waktu juga ada wadah pengajian rutin yang beranggotakan sekali lagi para bapak yang sudah berusia uzur. Selama empat tahun tersebut kuamati ada kebingungan di kalangan anak muda dalam beraktivitas di masjid ini. Kebanyakan anak muda telah mengikuti suatu harokah yang menurutku kontra produktif terbukti dari tahun ke tahun selalu ada jarak antara anak-anak muda tersebut dengan para bapak jamaah yang sudah tua. Menurutku cukup aneh karena masing-masing kubu sama-sama punya aktivitas untuk menimba ilmu melalui jalur masing-masing namun bertahun-tahun pula hubungan di antara mereka tidak juga mencair. Karena seringnya terjadi beda pendapat yang tidak bisa dikompromikan akhirnya mereka memilih berbeda partisi dalam berbagai aktivitas selain sholat lima waktu tentunya.
Di tahun ini pula Alhamdulillaah aku mendapatkan kepercayaan dari dua orang pengurus untuk ikut memakmurkan berbagai aktifitas dan program di masjid tersebut. Dengan makin banyaknya interaksi dengan mereka saat ini aku sudah mulai akrab dengan sekitar lima orang di antara mereka. Mereka sebenarnya adalah orang-orang berlatar belakang pendidikan tinggi terbukti ada yang jadi dosen, pegawai PT PAL, pensiunan instansi dll. Hal ini seakan menambah motivasiku untuk menggiatkan kembali kegiatan silaturahim dengan bapak-bapak yang lain.
Namun ada satu hal mengganjal dalam diriku hingga saat ini yaitu keenggananku untuk menjadi salah satu Imam di masjid itu. Bukan karena aku tidak bisa namun ada beberapa pertimbangan lain misalnya sampai dengan saat ini baru satu orang di antara pengurus yang merekomendasikan agar aku mau menjadi salah satu imam, aku inginnya memang kebanyakan jamaah yang meminta aku maju dan bukan sebagian kecil, yang kedua adalah faktor usia, usiaku yang tiga puluhan tahun sangat jauh bila dibanding usia para pengurus lain yang sudah diatas lima puluh tahun, menurutku usia sich tidak pengaruh cuman karakter orang Surabaya yang tidak kunjung memberi kesempatan bagi orang yang masih baru dan lebih muda untuk maju meski hanya sekedar basa-basi itu tidak pernah aku dapatkan, padahal aku ingin dengan penuh keikhlasan mereka minta aku untuk maju, yang ketiga kalau aku memaksakan diri maju aku khawatir bakal menyinggung perasaan anak-anak muda lain yang merasa telah lama mengikuti berbagai kajian menambah ilmu di harokahnya yang tentu saja itu menjadi alasan bahwa mereka jauh lebih pantas dan berhak, yang keempat aku bukan bagian dari grup partisi anak-anak muda yang telah tergabung dalam harokah itu sehingga dengan mereka pun hubungan kami biasa-biasa saja dan belum pernah sekalipun dari mereka merekomendasikan aku untuk maju.
Dalam berbagai perenungan seringkali aku merasa bersalah pada saat imam yang maju itu bacaannya pas-pasan, meski dalam hati aku berkata kok ya mekso sudah sepuh dan pas-pasan begitu berani maju menjadi imam. Sangat besar sebenarnya keinginanku untuk memaksakan diri maju namun aku khawatir hal itu aku lakukan karena dominasi kesombonganku sehingga merasa lebih baik di banding yang lainnya. Ya Allah sampai kapankah kesempatan menjadi imam masjid itu tiba kepada diriku ? Atau akankah hal itu hanya akan menjadi angan-angan yang berkepanjangan ?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar